Jakarta – Sejumlah bank menyesuaikan bunga kredit mengikuti tren kenaikan bunga di pasar. Bunga kredit tertinggi ada pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan bank asing.
Berdasarkan data terbaru dari Bank Indonesia (BI), rata-rata bunga kredit perbankan per Oktober 2023 sebesar 10,01%, telah naik 82 basis poin dari September 2023.
Bunga kredit tertinggi ada pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan bank asing masing-masing sebesar 12,62% dan 11,01%.
Salah satu BPD yang telah melakukan penyesuaian bunga kreditnya adalah PT BPD Jawa Barat dan Banten Tbk (BJBR).
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan, pihaknya telah melakukan penyesuaian bunga kredit secara hati-hati agar tidak berdampak pada kualitas kredit bermasalah (NPL).
“Transmisinya pada suku bunga kredit dilaksanakan secara berhati-hati agar tidak berdampak pada NPL,” kata Yuddy kepada Kontan, Minggu (27/11).
Selama satu tahun terakhir, BJB telah melakukan penyesuaian bunga kredit segmen ritel dan korporasi.
SBDK Bank BJB per November 2023 dalam segmen kredit korporasi tercatat sebesar 7,07% dan kredit retail sebesar 9,59%.
Sementara itu, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencatatkan bunga kredit segmen korporasi menjadi yang paling tinggi di antara bunga kredit Bank Mandiri lainnya.
Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri Ahmad Siddik Badruddin menyebut, 40% portofolio kredit korporasi Bank Mandiri dalam valuta asing (Valas) dan secara otomatis menyesuaikan dengan kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve.
“Yang paling tinggi adalah dalam corporate banking, sebagian portofolio kredit adalah pada US dollar. Jadi setiap ada penyesuaian The Fed itu otomastis suku bunganya pada corporate banking akan meningkat. Tapi ini pada portofolio kredit valas korporasi karena ada penyesuaian suku bunga,” jelas Siddik di Public Expose, Minggu (27/11).
Meski tren kenaikan suku bunga berpengaruh pada kredit korporasi di valuta asing, namun Siddik mengatakan kredit tersebut belum jatuh menjadi kredit bermasalah (NPL).
“Kami cermati pasca mengalami kenaikan suku bunga dikarenakan penyesuaian The Fed tersebut, kami mengamati tidak adanya pemburukan dalam kualitas kredit tersebut kemudian performing loan (NPL) pada 0%,” kata dia.
Di sisi lain, Siddik menyampaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) akan diproyeksikan akan melandai ke level 5,5% pada tahun 2024 mendatang.
“Jadi itu nanti akan mensupport perkembangan kegiatan bisnis di berbagai bidang sektor, juga akan meningkatkan permintaan kredit sehingga ekspansi dari bisnis-bisnis nanti akan lebih besar terlihat dengan turunnya suku bunga acuan,” kata dia.
Sementara, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) masih belum menaikkan suku bunga kredit hingga November 2023.
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn mengatakan, BCA senantiasa mereview tingkat suku bunga kredit sesuai dengan kondisi likuiditas, dinamika kompetisi, suku bunga Bank Indonesia, kondisi ekonomi, dan tingkat permintaan kredit di berbagai segmen.
Adapun SBDK BCA yang berlaku saat ini, dimana bunga kredit segmen korporasi sebesar 7,90%, kredit retail sebesar 8,10%, kredit konsumsi – KPR di tempat 7,20% serta kredit konsumsi – non KPR sebesar 5,96%.
“Ditopang likuiditas yang memadai, kami optimistis dapat menjaga perkembangan kredit berkualitas secara berkelanjutan. BCA akan terus mengoptimalkan penyaluran kredit ke sektor UMKM, dan berkomitmen untuk memperkuat pembiayaan inklusif dan pencapaian target RPIM yang ditetapkan pemerintah serta regulator,” kata Hera.