SUMBARBISNIS – Pasar modal Indonesia terus menunjukkan tren positif, khususnya di Sumatera Barat. Data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mengungkap lonjakan 59% dalam jumlah investor pasar modal Sumbar dalam dua tahun terakhir, mencapai 169.760 pada akhir November 2023 dari 106.528 pada akhir 2021.
Kepala Kantor Perwakilan BEI Sumbar, Early Saputra mengatakan digitalisasi pembukaan rekening efek dan penyebaran informasi telah membantu mendongkrak pertumbuhan investor.
“Pertumbuhan ini juga didukung oleh 18 Galeri Investasi dan 9 Perusahaan Efek di Sumatera Barat,” ucapnya melalui pesan Whatsapp
Data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan nilai transaksi efek ekuitas mencapai Rp 27,25 triliun dalam dua tahun terakhir. Meskipun mengalami penurunan pada 2023, BEI optimis terhadap pertumbuhan pasar modal Indonesia di tahun 2024.
Tren Nilai Aset: Investor Lebih Fokus pada Investasi Jangka Panjang
Nilai aset saham dan non-saham melonjak signifikan. Aset saham per 30 November 2023 naik 54% menjadi Rp 1.585.660.658.831 dibandingkan dengan akhir 2022. Kenaikan ini mencerminkan minat investor dalam investasi jangka panjang.
Aset non-saham juga tumbuh 14% pada periode yang sama, mencapai Rp 2.218.062.864.608. Pertumbuhan ini mencerminkan diversifikasi investasi di luar saham.
Tantangan Literasi Keuangan: Perlu Sinergi dan Edukasi
Early menambahkan meskipun pertumbuhan positif, masih ada tantangan literasi keuangan. Daerah seperti Sawahlunto, Padang Panjang, Kota Pariaman, dan Kabupaten Kepulauan Mentawai membutuhkan percepatan literasi keuangan.
Sinergi antar pihak dan edukasi menjadi kunci untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, terutama terhindar dari investasi bodong.
Kota Padang: Pusat Aktivitas Pasar Modal
Kota Padang menonjol sebagai pusat aktivitas pasar modal di Sumatera Barat. Transaksi bursa di kota ini pada November 2023 mencapai Rp 951,45 miliar, atau 80,6% dari total transaksi di Sumatera Barat. Jumlah investor dengan SID All di Kota Padang mencapai 54.106 orang pada akhir November 2023.