Tutup
News

Dampak Perang Tekan Rantai Pasok, Industri Diminta Beralih ke Energi Dalam Negeri

95
×

Dampak Perang Tekan Rantai Pasok, Industri Diminta Beralih ke Energi Dalam Negeri

Sebarkan artikel ini

Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengambil langkah strategis untuk memperkuat ketahanan energi nasional di tengah gejolak geopolitik global. Pemerintah mendorong industri dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan beralih ke sumber energi domestik yang lebih berkelanjutan.

Pada Selasa (17/6/2025), menteri Perindustrian, Agus gumiwang Kartasasmita, menyampaikan seruan kepada industri nasional untuk mulai mengoptimalkan sumber energi dalam negeri, termasuk energi baru dan terbarukan. “Industri nasional harus mulai mengandalkan sumber energi domestik, termasuk energi baru dan terbarukan seperti bioenergi, panas bumi, serta memanfaatkan limbah industri sebagai bahan bakar alternatif,” tegasnya dalam keterangan resmi.Selain itu, Kemenperin juga mendorong sektor manufaktur untuk memproduksi produk-produk yang mendukung programme ketahanan energi nasional. Hal ini mencakup mesin pembangkit, infrastruktur energi, dan komponen pendukung energi baru dan terbarukan (EBT).

Agus juga menyoroti pentingnya hilirisasi produk agro sebagai strategi untuk mengatasi dampak ekonomi tidak langsung dari konflik Iran-Israel.Konflik tersebut telah menyebabkan lonjakan biaya logistik global, memicu inflasi, dan menekan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

“Ketiga faktor ini – logistik, inflasi, dan nilai tukar – secara langsung meningkatkan harga bahan baku dan produk pangan impor. Maka jawabannya adalah hilirisasi produk pangan dalam negeri,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa industri harus berperan aktif dalam memproses hasil pertanian, perkebunan, perikanan, dan kehutanan domestik untuk mengurangi ketergantungan pada bahan baku pangan impor.

Menurutnya, hilirisasi sektor agro tidak hanya bertujuan untuk menciptakan produk pangan, tetapi juga untuk mendorong inovasi teknologi produksi yang lebih efisien, sehingga menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Hilirisasi ini menjadi bagian dari prioritas nasional dalam mencapai ketahanan dan kedaulatan pangan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

guna mengantisipasi tekanan nilai tukar akibat konflik global, Agus mengimbau pelaku industri untuk memanfaatkan fasilitas Local Currency Settlement (LCS) dari Bank Indonesia. Fasilitas ini dapat digunakan dalam transaksi dengan negara mitra yang telah menandatangani perjanjian LCS dengan Indonesia.

Agus menjelaskan bahwa krisis global saat ini menyoroti kerentanan rantai pasok industri manufaktur Indonesia. Gangguan di jalur perdagangan strategis seperti selat Hormuz dan Terusan Suez telah menyebabkan pengalihan rute melalui Tanjung Harapan, Afrika Selatan. Akibatnya, waktu pengiriman barang antara Asia dan Eropa bertambah 10-15 hari, dan biaya kontainer meningkat hingga 150-200 persen.

Baca Sumbar Bisnis lebih update via Google News, Klik Disini.