Gunung Kidul – PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI), sebagai subholding PT PLN (Persero), terus berupaya memperkuat pasokan biomassa melalui pemberdayaan masyarakat pedesaan.Salah satu langkahnya adalah dengan menggelar pelatihan perawatan dan monitoring pohon multifungsi di Desa Berdaya Energi Gunung Kidul.
Pelatihan yang diadakan di Kalurahan Gombang dan Karangasem, kapanewon Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, ini mencakup materi teori dan praktik lapangan, termasuk pemupukan, pemangkasan, serta monitoring pertumbuhan tanaman.
Sekretaris Perusahaan PLN EPI, Mamit Setiawan, menyampaikan bahwa program ini merupakan wujud komitmen perseroan terhadap prinsip Environmental, Social dan governance (ESG), dalam menciptakan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan konsisten mencapai Lasting Growth Goals (SDGs). “Biomassa bukan sekadar cofiring, tapi juga membuka rantai nilai baru di desa,” ujarnya pada Minggu (8/6/2025). “PLN EPI melihat potensi besar untuk menjadikan ini model kolaborasi antara energi dan pemberdayaan masyarakat.”
PLN EPI juga berencana mengubah 1,7 juta hektare lahan kritis menjadi lahan produktif sebagai bagian dari upaya pengembangan ekosistem biomassa berbasis pertanian terpadu. Saat ini, PLN EPI memanfaatkan 500 hektare lahan kering dan kritis di Pulau Jawa untuk menanam pohon sebagai bahan baku biomassa.
Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara, menyatakan bahwa pengembangan ekosistem biomassa adalah bagian integral dari strategi dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan nasional. “Kami tidak hanya bicara soal suplai energi primer, tetapi juga komitmen jangka panjang terhadap keberlanjutan,” ujarnya pada Minggu (22/5/2025). “Program ini adalah langkah konkret PLN EPI dalam menjamin pasokan biomassa secara berkelanjutan untuk cofiring PLTU, sekaligus mendorong revitalisasi lahan kritis dengan pendekatan pertanian terpadu.”
dalam pemanfaatan lahan ini, PLN EPI bekerja sama dengan kementerian Pertanian melalui Program Sistem Pertanian Terpadu Tanaman Energi (SPT2E) di 50 titik dengan metode monokultur atau tumpang sari. Pada tahap pertama, PLN EPI menyediakan 160 ribu bibit tanaman multifungsi seperti gamal, kaliandra, indigofera, dan akasia. PLN (Persero) telah berhasil menerapkan implementasi biomassa sebesar 6 persen untuk bahan bakar PLTU Paiton unit 1 dan 2. Inisiatif ini merupakan bagian dari roadmap pemenuhan kebutuhan biomassa untuk mendukung cofiring pada PLTU PLN Grup, dengan target pasokan sebesar 3 juta ton biomassa pada tahun 2025.
PLN EPI mengirimkan bibit ke titik penanaman dengan jenis tanaman yang dipilih memiliki daya tumbuh tinggi di lahan marginal dan nilai kalor yang cukup untuk substitusi batu bara dalam cofiring PLTU. Beberapa daerah yang menjadi pusat penanaman antara lain tegal, Brebes, Cilacap, Rembang, Gunung Kidul, dan Blora.
Iwan menambahkan bahwa kolaborasi dengan Kementerian Pertanian RI sangat penting dalam pelaksanaan proyek ini.”Kami mengapresiasi dukungan Kementan RI dalam mendampingi program ini di lapangan,” katanya. “Melalui pendekatan tumpang sari dan pertanian terpadu, kami ingin menciptakan nilai ganda, baik untuk ketahanan energi nasional maupun pemberdayaan ekonomi lokal.”
Program Sistem Pertanian Terpadu Tanaman Energi (SP2TE) diharapkan mendukung transisi energi hijau dan berdampak langsung terhadap ekonomi kerakyatan.Dalam menjalankan program ini, PLN EPI menggandeng Gabungan Kelompok Tani (gapoktan) Tani Mulya (Kalurahan Gombang) dan Asem Mulya (kalurahan Karangasem), yang sejak 2023 telah menanam lebih dari 175 ribu pohon multifungsi, termasuk Indigofera, di lahan Sultan Ground dan tanah kas desa. Tanaman ini tidak hanya berfungsi sebagai pakan ternak, tetapi juga sebagai bahan baku energi dan pewarna alami batik, membuka peluang ekonomi sirkular bagi warga.
ketua Bebadan Pangresa Loka Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Gusti Marrel Suryokusumo, menegaskan bahwa pemanfaatan lahan Sultan Ground dan tanah khas desa untuk pertanian berkelanjutan merupakan komitmen Keraton sejak awal. “Arahan Ngarso Dalem jelas,” jelasnya. “Tanah-tanah ini harus membawa manfaat ekologis sekaligus ekonomi. Bahkan ke depan kami dorong agar bisa berkembang menjadi agro eduwisata.” Program ini diikuti oleh 50 orang dan menjadi upaya peningkatan perekonomian rakyat.
Mamit menambahkan, program ini menjadi salah satu contoh integrasi nyata antara sektor energi, konservasi lingkungan, dan penguatan ekonomi desa. Dengan pendekatan kolaboratif,PLN EPI berharap model ini dapat direplikasi di wilayah lain,terutama di daerah dengan potensi lahan non produktif.