SUMBARBISNIS – Sumatera Barat mengalami inflasi sebesar 0,51% (mtm) pada Mei 2024, lebih tinggi dibandingkan deflasi 0,30% (mtm) di April. Kenaikan harga berbagai komoditas pangan menjadi penyebab utama inflasi.
Secara tahunan, inflasi mencapai 4,17% (yoy), naik dari 3,81% (yoy) di April, dikutip BPS Sumbar.
Plh Kepala Perwakilan BI Sumbar, M Irfan Sukarna, (dalam pernyataan tertulis) mengungkapkan bahwa seluruh kabupaten/kota di Sumatera Barat mengalami inflasi.
Kota Padang mencatatkan inflasi tertinggi dengan 0,70% (mtm), lebih tinggi dari deflasi 0,26% (mtm) pada April. Kabupaten Pasaman Barat mengalami inflasi 0,24% (mtm), sementara Dharmasraya dan Bukittinggi mencatatkan inflasi masing-masing sebesar 0,02% (mtm) dan 0,22% (mtm).
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menyumbang inflasi terbesar, sebesar 1,54% (mtm) dengan andil inflasi 0,52% (mtm). Komoditas seperti cabai merah, bawang merah, beras, dan daging ayam ras menjadi penyebab utama. Produksi cabai menurun akibat banjir bandang, sementara gangguan distribusi di jalan Padang-Bukittinggi juga mendorong kenaikan harga pangan.
Selanjutnya, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga mengalami inflasi 0,21% (mtm) dengan andil inflasi 0,04% (mtm). Sewa rumah dan kontrak rumah menjadi penyumbang utama inflasi di kelompok ini. Sebaliknya, kelompok transportasi mencatat deflasi sebesar 0,85% (mtm) dengan andil deflasi 0,09% (mtm), didorong penurunan tarif angkutan udara dan antar kota pasca Idul Fitri.
TPID Sumbar Terus Lakukan Updaya Kendalikan Inflasi
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat terus berupaya mengendalikan inflasi agar tetap terkendali. Berbagai langkah dilakukan, termasuk pasar murah, pendistribusian beras SPHP oleh BULOG, monitoring harga, dan perbaikan akses jalan pasca bencana. TPID juga meningkatkan koordinasi dengan stakeholders melalui pertemuan HLM TPID Provinsi pada 29 Mei 2024.
Sinergi ini diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat yang inklusif dan berkelanjutan.