Jakarta – Pasar saham Indonesia diprediksi akan mengalami perubahan fokus dari isu geopolitik menuju prospek pemangkasan suku bunga dan kebijakan tarif. Sektor perbankan dan properti diperkirakan akan menjadi primadona baru, menggantikan sektor komoditas yang sebelumnya mendominasi.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan pelemahan tipis sebesar 0,14 persen ke level 6.897 selama sepekan terakhir, yakni pada Jumat (27/6/2025).Pelemahan ini terjadi seiring dengan aksi jual investor asing yang mencapai Rp 2,4 triliun di pasar reguler.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, menyampaikan bahwa sentimen pasar mulai bergeser. “Secara umum, sentimen dalam sepekan terakhir mulai bergeser dari ketegangan di Timur Tengah ke prospek pemangkasan suku bunga dan kebijakan tarif. Ini bisa menjadi sentimen positif untuk IHSG,” ujarnya di Jakarta, Senin (30/6/2025).
Sektor healthcare menjadi penopang utama dengan penguatan 1,46 persen, sementara sektor energi mengalami koreksi terdalam sebesar 4,17 persen. Indri menjelaskan, pelemahan sektor energi disebabkan oleh meredanya ketegangan di Timur Tengah, menyusul kesepakatan gencatan senjata antara Iran dan Israel, yang menyebabkan harga minyak turun lebih dari 10 persen dalam sepekan.Dari sisi global, tekanan datang dari penurunan laba industri China sebesar 9,1 persen secara tahunan pada Mei 2025, yang merupakan penurunan terburuk sejak Oktober 2024. Hal ini disebabkan oleh tarif tinggi dari AS dan deflasi berkelanjutan.
Namun, ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed terus menguat. Berdasarkan FedWatch Tool CME Group, sebanyak 21 persen pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga terjadi pada Juli, dan 75 persen pada September 2025. Sentimen lain datang dari Presiden AS Donald Trump yang disebut mempertimbangkan mengganti Ketua The Fed Jerome Powell pada September atau Oktober mendatang.Di dalam negeri, pelaku pasar mencermati sejumlah indikator seperti PMI Manufaktur Indonesia yang diperkirakan naik ke 48,5 dari sebelumnya 47,4, dan inflasi Juni yang diprediksi meningkat menjadi 2,4 persen dari 1,6 persen.
Indri menilai, rotasi sektor dari komoditas ke perbankan dan properti mulai terlihat. “Pelaku pasar akan lebih selektif dan menunggu aliran dana asing kembali masuk ke pasar Indonesia,” katanya pada Senin (30/6/2025).
Ia memproyeksikan IHSG bergerak dalam rentang support 6.740 dan resistance 7.060. IPOT merekomendasikan saham sektor properti dan logistik seperti CTRA, yang berpotensi menguat dari level 955 ke 1.015. Saham ASSA direkomendasikan buy on pullback pada level 705-720, dengan target 780. Jika mampu bertahan di atas 725, saham ini diperkirakan menguat.
Saham AMMN juga mencatat akumulasi asing dan penguatan volume. Direkomendasikan beli pada level 8.525 dengan target 9.250. IPOT turut merekomendasikan obligasi pemerintah seri FR0097 dengan kupon 7,125 persen dan yield 6,9 persen sebagai alternatif investasi safe haven menjelang kepastian arah suku bunga global.