Jakarta – PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI), anggota holding Danareksa, terus berupaya mengembangkan ekosistem perdagangan komoditas.
Direktur Utama KBI Budi Susanto menyatakan, sinergi dan transformasi yang dilakukan ini bertujuan menjawab tantangan ketahanan pangan Indonesia.
Budi menuturkan, tantangan ketahanan pangan dipengaruhi oleh faktor berkesinambungan, seperti produktivitas produksi pangan, kualitas, harga, dan kesejahteraan petani. “Misalnya, sejumlah daerah produsen komoditas yang masuk dalam 11 cadangan pangan pemerintah akan panen raya pada pertengahan 2024,” ujar Budi.
Namun, Budi menyoroti bahwa sebagian besar produsen yang merupakan petani menghadapi penurunan harga akibat melimpahnya pasokan saat panen. Budi menekankan, pemanfaatan sistem resi gudang (SRG) dapat membantu petani menunda penjualan sambil menunggu pergerakan harga dan memperoleh pembiayaan untuk produksi selanjutnya.
“SRG merupakan instrumen penting dalam perdagangan komoditas dan ketahanan pangan nasional,” jelas Budi. “SRG memungkinkan petani, pengusaha, dan pemilik komoditas menjadikan barang yang disimpan di gudang sebagai jaminan keuangan atau komoditas yang siap diperdagangkan.”
Melalui anak usahanya, PT Kliring Perdagangan Berjangka Indonesia (PT KPBI), KBI berkomitmen meningkatkan kesejahteraan petani melalui pemberian pembiayaan komoditas. Budi mengatakan, KBI dan KPBI telah bekerja sama dengan sejumlah pemerintah daerah untuk menjalankan program Korporasi Petani yang bertujuan memperkuat ekosistem perdagangan komoditas.
“Ini merupakan upaya mengendalikan inflasi, mendorong kemandirian petani, serta memperkuat kedaulatan pangan,” lanjut Budi. Selain itu, konsep korporasi petani diharapkan dapat mengubah pola pikir petani dari sekadar produsen menjadi produsen dan pengusaha secara bersamaan.
Budi berharap petani tidak hanya fokus pada proses on-farm, tetapi juga memperhatikan aspek off-farm. “Kami ingin membangun integrasi dari ketiga lini bisnis kami, yaitu SRG hingga Pasar Lelang Komoditas (PLK),” katanya.
Budi menambahkan, komoditas yang tersimpan di gudang RG dapat diperjualbelikan dalam pasar lelang sehingga tercipta transparansi harga dan menjadi referensi harga bagi bursa komoditas. KBI memproyeksikan pemanfaatan RG akan terus meningkat ke depannya.
“Potensi besar komoditas yang belum dioptimalkan ini menjadi pekerjaan rumah, tidak hanya pemerintah tetapi juga seluruh pihak,” ujar Budi. Ia mengungkapkan, jumlah penerbitan RG pada Juli 2024 mencapai 688, naik 154,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan meningkat 42% dibandingkan 2023.
“Dari sisi pembiayaan juga ada kenaikan sebesar 224%, dari Rp 339 miliar pada Juli 2023 menjadi Rp 1,1 triliun pada Juli 2024,” kata Budi.