Jakarta – Dalam beberapa tahun terakhir, jutaan warga kelas menengah Indonesia berpotensi terdegradasi ke kelas menengah rentan hingga kelompok rentan miskin. Fenomena ini terlihat dari penurunan transaksi QRIS di sejumlah bank.
Data Bank Jatim menunjukkan, transaksi QRIS Merchant mengalami penurunan dari Rp176,30 miliar pada Juni 2024 menjadi Rp130,51 miliar pada Agustus. “Penurunan ini cukup tajam,” kata Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman.
Bank Oke Indonesia (OK Bank) juga mencatat penurunan pada tabungan yang terhimpun, sekitar 12% secara tahunan per 4 September 2024. Direktur Kepatuhan OK Bank Efdinal Alamsyah menyebutkan, penurunan daya beli menyebabkan nasabah mengalihkan pengeluaran ke kebutuhan dasar.
Bank BJB mengungkapkan dampak penurunan konsumsi kelas menengah mengakibatkan nilai transaksi nasabah menurun. “Ada penurunan value yang diperoleh,” jelas Direktur Utama BJB Yuddy Renaldi.
Dampak serupa juga dialami BCA. Meskipun transaksi QRIS dan debit tidak terpengaruh, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengakui kredit retail terdampak. “Kredit retail yang lebih berat,” ujarnya.
Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah kelas menengah di Indonesia turun dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 47,85 juta orang pada 2024. Sebaliknya, kelompok masyarakat kelas menengah rentan dan rentan miskin mengalami peningkatan.