Jakarta – Meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik antara Iran dan Israel, telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku industri energi Indonesia. Asosiasi Pemasok Energi, Mineral, dan Batubara (Aspebindo) menyoroti potensi dampak signifikan terhadap pasokan energi nasional jika Selat Hormuz ditutup.
Menurut Aspebindo, penutupan Selat Hormuz dapat memicu kenaikan harga energi global dan mempersempit jalur suplai. Ketua Umum Aspebindo, Anggawira, pada Senin (23/6/2025) menekankan peran krusial Selat Hormuz sebagai jalur perdagangan internasional, terutama bagi Indonesia yang sangat bergantung pada impor LPG dan minyak mentah. “Salah satu kekhawatiran terbesar adalah ancaman penutupan Selat Hormuz, jalur vital yang dilalui sekitar 20 persen pasokan minyak dunia,” ujarnya. Ditegaskan pula bahwa jika hal ini terjadi, dampaknya terhadap pasokan energi Indonesia bisa signifikan, mengingat ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak dan LPG, terutama dari kawasan Timur Tengah.Aspebindo mencatat bahwa sekitar 70 persen kebutuhan LPG indonesia masih dipenuhi melalui impor, sebagian besar dari Qatar dan negara-negara di sekitar Teluk. Penutupan Selat Hormuz diperkirakan akan mengganggu distribusi tersebut dan berpotensi memicu lonjakan biaya logistik, yang pada gilirannya akan membebani subsidi energi nasional. Anggawira menjelaskan bahwa ancaman blokade Selat Hormuz pada akhirnya dapat memengaruhi biaya logistik, subsidi energi, dan inflasi di dalam negeri.
Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda, sebelumnya telah menyampaikan bahwa penutupan Selat Hormuz dapat memberikan tekanan besar terhadap pasar energi internasional.”Ketika Selat Hormuz ditutup,di mana hampir seperempat perdagangan minyak global melewati selat tersebut,akibatnya harga minyak global bisa menyentuh atau bahkan melampaui USD 100 per barel,” ungkapnya.
Nailul Huda menambahkan bahwa kenaikan harga minyak dunia sudah mulai terasa sejak serangan Israel terhadap Iran dan keputusan Iran untuk menutup Selat Hormuz. Sebagai negara pengimpor minyak, Indonesia akan langsung terdampak oleh lonjakan harga tersebut, yang akan mendorong ongkos produksi BBM dalam negeri naik signifikan. “Harga minyak yang meningkat akan berpengaruh pada harga produksi bahan bakar minyak dalam negeri,” katanya. Ditegaskan pula bahwa jika harga BBM tidak disesuaikan, beban subsidi akan meningkat, berpotensi menguras dana APBN dan mempersempit ruang fiskal.