Padang – Kepala Kanwil DJPb Provinsi Sumbar Syukriah HG mengungkapkan bahwa perekonomian Sumatera Barat (Sumbar) pada triwulan I 2024 tumbuh 4,37 persen year on year (yoy), menempati urutan ke-6 di Sumatera.
“Namun, pertumbuhan ini masih di bawah nasional yang mencapai 5,11 persen,” ujar Syukriah.
Tingkat inflasi Sumbar pada Juni 2024 mencapai 4,04% (yoy) dan 0,14% (mtm), lebih tinggi dari inflasi nasional, yakni 2,51% (yoy) dan -0,08% (mtm).
Neraca perdagangan Sumbar bulan Mei 2024 mencatatkan surplus US$ 67,39 juta, meski ekspor mengalami perlambatan akibat penurunan permintaan komoditas global.
Indikator kesejahteraan masyarakat Sumbar menunjukkan capaian positif. Persentase penduduk miskin pada Maret 2024 mencapai 5,97%, lebih rendah dari nasional sebesar 9,03%.
“Kinerja APBN Sumbar hingga Juni 2024 masih stabil di tengah ketidakpastian geopolitik dan perekonomian global,” kata Syukriah.
Hingga 30 Juni 2024, pendapatan negara mengalami kontraksi 0,77%, sementara belanja negara tumbuh 14,23%. Total pendapatan negara mencapai Rp 3,79 triliun, sedangkan belanja negara yang direalisasikan mencapai Rp 15,99 triliun, sehingga menghasilkan defisit regional Rp 12,20 triliun.
Realisasi pendapatan negara di Sumbar mencapai 42,96% dari target APBN 2024. Penerimaan perpajakan menyumbang 76,72%, dipungut oleh DJP dan DJBC. Pajak Penghasilan (PPh) menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 67,62%.
“Pertumbuhan positif penerimaan perpajakan didorong pemberlakuan tarif efektif Pasal 21 dan kenaikan PPh Final,” jelas Syukriah.
Total PNBP yang dipungut mencapai Rp 881,64 miliar atau 61,15% dari target 2024. DJKN berhasil memungut PNBP sebesar Rp 6,61 miliar, dengan rincian pengelolaan BMN Rp 5,29 miliar, piutang negara Rp 12 juta, dan lelang Rp 1,3 miliar.