Denpasar – Bank Indonesia (BI) mencatat peningkatan signifikan dalam transaksi pembayaran digital lintas negara melalui Rapid Response Code Indonesian Standard (QRIS). Hingga kini, tercatat 1,17 juta transaksi QRIS yang melibatkan Thailand, Malaysia, dan Singapura, dengan nilai total mencapai Rp288,4 miliar.
Kantor perwakilan BI provinsi Bali menyoroti kemudahan yang dirasakan wisatawan mancanegara di Pulau Dewata berkat pemanfaatan QRIS. Deputi Kepala perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Butet Linda Helena Panjaitan, menyatakan bahwa QRIS memberikan kemudahan bagi para pelancong. “Respons bagus dari turis tiga negara karena mereka merasa dimudahkan, mereka bisa menggunakan platform mereka sendiri tanpa perlu tukar uang fisik,” ujarnya di Denpasar, Bali, Minggu (15/6/2025).
Data dari BI Bali menunjukkan bahwa selama periode Januari hingga April 2025, transaksi QRIS mencapai 39,04 juta transaksi dengan nilai transaksi sebesar Rp5,99 triliun.Jumlah pedagang yang menggunakan QRIS tercatat sebanyak 974 ribu, dengan jumlah pengguna mencapai 1,1 juta. Secara spesifik, penggunaan QRIS oleh wisatawan dari tiga negara ASEAN di Bali mencapai 31.455 transaksi dengan total nilai transaksi mencapai Rp7,1 miliar.Menanggapi perkembangan positif ini, BI berencana memperluas jangkauan QRIS lintas negara hingga ke Jepang dan China. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pariwisata di Bali. “Bali itu ikon pariwisata dan dengan digitalisasi, membuat pariwisata Bali lebih berkualitas,” kata Linda.
Lebih lanjut,Linda menjelaskan bahwa transaksi QRIS dapat meningkatkan kinerja Usaha Mikro,Kecil,dan Menengah (UMKM),termasuk meningkatkan omzet penjualan. Hal ini mengingat lebih dari 96 persen pedagang atau gerai yang menggunakan QRIS adalah pelaku UMKM.
Dengan perluasan transaksi QRIS ke Jepang dan China, diharapkan akan semakin memudahkan wisatawan dari kedua negara tersebut saat berlibur di Bali. “Cukup dengan scan menggunakan platform mereka yang sudah terkoneksi dengan QRIS, mereka bisa langsung transaksi,” jelasnya.
Selain itu, transaksi wisatawan asing dari negara-negara tersebut juga menjadi lebih praktis dan efisien tanpa perlu melakukan penukaran mata uang secara fisik. Mata uang yang digunakan dalam transaksi digital tersebut menggunakan mata uang negara masing-masing, sehingga tidak memberatkan wisatawan karena tidak tergantung pada mata uang global dari negara tertentu.