Jakarta – Kepala Center of Digital Economy and SMEs INDEF, Eisha Maghfiruha Rachbini menyatakan perkembangan sektor ekonomi digital Indonesia jikalau dilihat dari nilai dunia usaha digital Indonesia 2023 diprediksi meningkat 8% dari tahun sebelumnya, atau proyeksi GMV Indonesia menjadi sebesar USD82 miliar (Google, Temasek, and Bain & Company, 2023).
Menurutnya, jikalau dibandingkan ASEAN-6, besaran dunia usaha digital Indonesia merupakan kontributor terbesar, ditunjukkan dari nilai GMV tertinggi pada tahun 2023.
“Sayangnya, selama 2023 ini, masih terjadi ‘Winter Tech’ yakni menurunnya penanaman modal juga pendanaan khususnya di dalam kawasan ASEAN khususnya pada sektor E-Commerce,” kata Eisha pada keterangan resminya, hari terakhir pekan (29/12/2023).
Lebih lanjut, Eisha menjelaskan UMKM Indonesia secara sektoral telah terjadi mendominasi sektor perdagangan juga retail dengan porsi sebesar 63% dari total jumlah agregat unit bisnis UMKM (ADB, 2021).
Dengan begitu, perkembangan ekonomi digital yang sangat pesat pada sektor perdagangan online atau e-commerce memberikan kegunaan pada UMKM di area sektor perdagangadan retail, melalui pengaplikasian wadah kegiatan ekonomi digital.
Bahkan dari jumlah total UMKM 64,5 jt di tempat Indonesia, sebagian 22 jutanya merupakan UMKM digital atau 33,6%. Dengan ukuran proses E commerce sebesar Rp3,48 jt serta nilai operasi E commerce Rp476,3 triliun (naik 18,8% yoy). Pada 2024, UMKM digital ditargetkan berjumlah 30 juta.
Eisha menilai, untuk mengupayakan peningkatan sektor UMKM, Inklusi keuangan merupakan kunci pertumbuhan ekonomi yang tersebut inklusif dan juga menjadi upaya pencapaian SDGs (World Bank, 2023). Tersedianya akses keuangan dapat menggalakkan UMKM untuk melakukan kegiatan sektor ekonomi produktif yang memacu perkembangan sektor ekonomi berkelanjutan.
Sebab bagi UMKM, dikatakan Eisha, kepemilikan modal menjadi faktor yang dapat menggalakkan produksi kemudian output. Sayangnya, Alokasi pembiayaan sektor perbankan ke UMKM Indonesia tergolong masih rendah jika dibandingkan negara lain.
“Namun masih terdapat tantangan berbentuk ketimpangan digital antar wilayah di area Indonesia, lalu juga ketimpangan akses juga Pemanfaatan infrastruktur digital antar Usaha Mikro, Kecil Menengah, dan juga Besar,” tutupnya.