Jakarta – Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia masih menghadapi tekanan akibat pandemi COVID-19 dan gejolak geopolitik. Ketua Umum Ikatan Ahli Tekstil Indonesia (IKATSI), M. Shobirin Hamid, mengungkapkan kondisi industri TPT saat ini sangat memprihatinkan.
“Industri TPT tengah ‘megap-megap’ dan membutuhkan pertolongan segera,” ujar Shobirin.
Menurut Shobirin, tekanan terhadap industri TPT antara lain berasal dari melemahnya pasar ekspor dan terganggunya pasar domestik. Selain itu, relaksasi perizinan impor melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.8 Tahun 2024 dinilai memperburuk kondisi sektor tekstil di tengah pelemahan nilai tukar rupiah.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat Benang Filament Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta, juga menyoroti perlambatan pasar domestik akibat penurunan daya beli masyarakat.
“Penurunan daya beli masyarakat berdampak pada penurunan permintaan produk tekstil di dalam negeri,” ucap Redma.
IKATSI berharap pemerintah dapat mengambil langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan industri TPT. Di antaranya, menyelesaikan persoalan tekanan pasar ekspor, memastikan ketersediaan bahan baku, dan memberikan insentif fiskal bagi industri tekstil.