SUMBARBISNIS – Mahalnya harga tiket pesawat menghambat sektor pariwisata di Sumatera Barat (Sumbar). Padahal, tiket penerbangan menyumbang 40 persen kegiatan pariwisata.
Luhur Budianda, Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, mengatakan tingginya harga tiket membuat masyarakat dan pelaku usaha pariwisata resah. “Persoalan ini telah kami sampaikan kepada pemerintah pusat,” ujarnya dikutip dari haluan pada Senin (15/7).
Budi terus berusaha agar maskapai membuka rute langsung ke Sumbar dengan tarif terjangkau. “Upaya itu masih berlangsung. Pemprov Sumbar masih berjuang demi kebaikan pariwisata,” katanya.
Mahalnya Tiket Pesawat Membuat Orang Enggan Berpergian
Menurut Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Nia Niscaya, tiket pesawat murah akan mendorong mobilitas masyarakat. “Orang Indonesia sensitif terhadap diskon. Jika ada diskon, mereka pasti akan pergi,” katanya.
Nia menilai mahalnya harga tiket penerbangan sangat berpengaruh terutama di luar Jawa. Pemerintah membentuk satgas untuk menangani masalah ini. Kemenko Marves memimpin tim tersebut.
Nia menyebut Kemenko Marves melibatkan beberapa sektor, termasuk industri penerbangan. “Progresnya masih berproses,” katanya.
Tiket Pesawat Jadi yang Termahal Kedua di Dunia
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyatakan harga tiket pesawat di Indonesia adalah yang termahal kedua di dunia. “(Termahal kedua) setelah Brasil,” kata Luhut pada Minggu (14/7).
Menurut Luhut, harga tiket pesawat di Indonesia tinggi karena lonjakan aktivitas penerbangan pasca-pandemi Covid-19. “Dibandingkan negara ASEAN dan negara berpenduduk tinggi, harga tiket Indonesia jadi yang termahal kedua,” katanya.
Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah penumpang angkutan udara domestik yang berangkat pada Mei 2024 sebanyak 5,3 juta orang. Angka ini turun 9,36 persen dibanding bulan sebelumnya. Jumlah penumpang tujuan luar negeri naik 7,12 persen menjadi 1,6 juta orang.
Selama JanuariāMei 2024, jumlah penumpang angkutan udara domestik naik 1,1 persen dibanding periode sebelumnya. Total penerbangan domestik mencapai 25,2 juta orang, sementara periode yang sama tahun lalu tercatat 24,9 juta orang.