Tutup
EkonomiNews

Amran Bedah Akar Masalah Harga Pangan Tak Seragam

109
×

Amran Bedah Akar Masalah Harga Pangan Tak Seragam

Sebarkan artikel ini
amran-bongkar-biang-kerok-disparitas-harga-pangan-di-berbagai-wilayah-ri
Amran Bongkar Biang Kerok Disparitas Harga Pangan di Berbagai Wilayah RI

Jakarta – Menteri Pertanian (Mentan) Amran sulaiman menyoroti disparitas harga komoditas pangan yang kerap terjadi di berbagai daerah. Distribusi dan praktik mafia pangan menjadi penyebab utama masalah ini.

Hal itu diungkapkan Amran saat Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah Tahun 2025 secara virtual, bersama Kementerian Dalam Negeri dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Amran mencontohkan harga daging ayam ras yang berbeda jauh antar daerah. Di beberapa tempat, harganya mencapai Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu per kilogram.

“Di Lampung Selatan, harganya hanya Rp 19 ribu per kg. Ini adalah persoalan distribusi,” kata Amran, Selasa (4/11/2025).

Selain distribusi, Amran juga menyoroti keberadaan mafia pangan yang terungkap dalam kasus beras beberapa waktu lalu.Pemerintah telah menangkap 46 tersangka.

“Kemarin di kasus beras, ada kasus dimana dikatakan itu premium padahal beras menir, dan itu sudah 46 orang tersangka,” ujarnya.

Menurut Amran, ada pihak perantara (middle man) yang mempermainkan harga, padahal Indonesia sudah swasembada beras.

“Jadi ada middle man yang mempermainkan harga. Karena kita sebenarnya swasembada,tapi harga beras naik turun,” jelasnya.

Parahnya, mafia beras ini tidak hanya mengoplos, tetapi juga menipu dengan melabeli beras kualitas rendah (menir) atau pakan ternak sebagai beras premium.

“Dikatakan premium sementara pecahannya (bulir beras) capai 59 persen, padahal seharusnya 14 persen,” ungkap Amran.

Praktik kotor ini merugikan konsumen hingga Rp 10 triliun dan turut mendorong inflasi.

“Katakanlah harganya Rp 12 ribu per kg, padahal harusnya Rp 8.000. tapi mereka jual rp 17.000 per kg. Jadi jelas ada kerugian konsumen yang kalau sampai terjual 2 juta ton saja, itu kerugiannya mencapai Rp 10 triliun,” pungkas Amran.