Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada awal perdagangan hari terakhir pekan, Jumat (5/1/2024). Pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh peningkatan imbal hasil atau yield obligasi pemerintahan AS.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada pukul 10.30 WIB berada di level Rp15.517 per dolar AS, melemah 26 poin atau 0,17% dari posisi penutupan perdagangan Kamis (4/1/2024) di level Rp15.491 per dolar AS.
“Yield US Treasury (UST) 10 tahun naik sebesar delapan basis poin menjadi empat persen seiring dengan data bursa tenaga kerja yang ketat,” kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Josua mengatakan, pangsa tenaga kerja AS yang ketat bisa meningkatkan kemungkinan bahwa Bank Sentral AS (The Fed) akan menunda penurunan suku bunganya pada 2024.
Data ADP Employment Change mencatat 164 ribu pekerja pada Desember 2023, lebih tinggi dari perkiraan sebesar 125 ribu pekerja. Sementara US Initial Jobless Claims atau Klaim Pengangguran Awal AS turun menjadi 202 ribu pada pekan terakhir tahun 2023, dari sebelumnya 220 ribu.
Dolar AS terapresiasi terhadap dolar Australia dan yen Jepang, namun terdepresiasi terhadap mata uang euro, sterling, dan Skandinavia.
Josua memproyeksikan rupiah akan bergerak di dalam area Rp15.500 per dolar AS hingga Rp15.550 per dolar AS pada pekan ini.