Bandung – Pemerintah pusat menyoroti efektivitas anggaran penanggulangan kemiskinan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang mencapai Rp 500 triliun setiap tahun. Penekanan diberikan pada pengelolaan yang tepat sasaran agar anggaran tersebut memberikan dampak signifikan.
Muhaimin Iskandar, saat menghadiri Bazar Berdaya Bersama di jalan Braga, Kota Bandung, akhir pekan ini, mengungkapkan bahwa anggaran bantuan sosial untuk kemiskinan, pelatihan, dan UMKM mencapai Rp 500 triliun setiap tahunnya. “Anggaran bantuan sosial untuk kemiskinan, bantuan sosial untuk pelatihan, bantuan sosial untuk UMKM semuanya setiap tahun itu Rp 500 triliun,” ujarnya.
Pemerintah, menurut muhaimin, tengah berupaya mengonsolidasikan berbagai program agar anggaran dapat dimanfaatkan secara produktif dan berkelanjutan. Pendampingan terpadu oleh kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah menjadi salah satu strategi utama yang disiapkan.
standarisasi pelatihan bagi pelaku UMKM juga menjadi fokus perhatian. Muhaimin menegaskan bahwa program pelatihan tidak boleh lagi bersifat seremonial dan jangka pendek. “Tidak boleh lagi ada asal pelatihan. Semua harus satu standar, kualitas terjaga. Bisnis prosesnya dari pelatihan, pendampingan, sampai mandiri harus jadi satu kesatuan. tidak boleh hanya menjadi proyek-proyek pelatihan yang instan dan tidak bermanfaat,” tegasnya.
Muhaimin menyampaikan harapan agar UMKM Indonesia mampu bersaing di pasar dengan produk berkualitas. Pemerintah, lanjutnya, siap berperan sebagai penghubung antara investor dan pelaku UMKM untuk memfasilitasi akses pembiayaan yang tepat. “Kita semua, pemerintah, siap menjadi ‘mak comblang’ istilah gampangnya, menjadi penghulu antara investor dengan UMKM. Karena itu, UMKM harus produktif, tunjukkan produksi berkualitas, tunjukkan produksi yang punya visi dan menguntungkan investor,” katanya.
Apresiasi juga disampaikan kepada kota bandung atas inisiatif pengembangan creative hub sebagai sarana pertumbuhan UMKM. Muhaimin mengingatkan pelaku usaha kecil untuk tidak hanya mengandalkan pelatihan semata. “Kalau Anda mau bertahan,buat produksi yang dibutuhkan dan benar-benar unggul. kalau sekadar ikut pelatihan, nanti pada saatnya Anda kita coret. UMKM yang hanya ikut pelatihan-pelatihan saja tapi tidak memproduksi, akan kita coret dari proses pelatihan,” pungkasnya.