IndustriManufaktur

Traktor Listrik dan Hybrid: Upaya United Tractors Tingkatkan Keberlanjutan

×

Traktor Listrik dan Hybrid: Upaya United Tractors Tingkatkan Keberlanjutan

Sebarkan artikel ini
Alat Berat Listrik: United Tractors Hadapi Tantangan Kurangnya Minat Tambang

Jakarta – United Tractors (UNTR), distributor alat berat merek Komatsu, mengintensifkan strategi keberlanjutannya dengan meluncurkan traktor listrik dan hybrid.

“Kami telah memiliki alat berat Komatsu dengan teknologi hybrid antara bahan bakar minyak dan listrik, bertipe medium dengan tonase 20 ton,” jelas Sekretaris Korporasi UNTR Sara K. Lubis.

Namun, Sara mengakui minat alat berat hybrid masih terbatas karena belum kompetitif dari segi biaya. “Meskipun emisinya lebih rendah, aspek kompetitif masih perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Meski pasar belum antusias, United Tractors telah meluncurkan ekskavator listrik tahun lalu. Namun, alat itu masih dalam tahap uji coba dan belum siap dipasarkan.

Paralel dengan pengembangan teknologi ramah lingkungan, United Tractors memastikan alat berat konvensional Komatsu memiliki pembakaran efisien untuk menghemat konsumsi bahan bakar.

Anak usaha Grup Astra ini juga telah menggunakan bio fuel B30 pada alat berat PT Pamapersada Nusantara (PAMA) untuk mengurangi emisi.

Pada Juni 2024, pendapatan UNTR turun 6,07% menjadi Rp64,51 triliun dari Rp68,68 triliun pada 2023. Penurunan ditopang oleh penjualan pihak ketiga sebesar Rp33,37 triliun, meliputi mesin konstruksi (Rp13,39 triliun), penambangan batu bara (Rp9,85 triliun), dan emas serta mineral lain (Rp4,37 triliun).

Penjualan barang pihak berelasi menyumbang Rp5,75 triliun, turun dari tahun lalu yang mencapai Rp9,95 triliun. Penjualan meliputi penambangan batu bara (Rp5,61 triliun), mesin konstruksi (Rp141,26 miliar), dan energi (Rp15 juta).

Baca Sumbar Bisnis lebih update via Google News, Klik Disini.

Beban Membengkak, Pertamina Hadapi Dominasi BBM Bersubsidi
Energi

Dominasi BBM bersubsidi di Indonesia, terutama Pertalite dan Bio Solar, menjadi beban bagi Pertamina dan pemerintah. Disparitas harga dengan BBM non-subsidi menyebabkan migrasi konsumen, sementara penyaluran BBM bersubsidi masih kurang tepat sasaran.