Jakarta – serangan yang dilancarkan Amerika Serikat terhadap Iran diprediksi akan memicu gejolak harga minyak global, yang berpotensi memukul perekonomian Indonesia. Ekonom dari Center of Economic and Law Studies (Celios) nailul Huda, pada hari Minggu (22/6/2025), menyampaikan kekhawatiran tersebut terkait dampak perang terhadap produksi minyak.Menurut Huda, gangguan produksi di Iran, sebagai salah satu produsen minyak utama dunia, akan mendorong harga minyak mentah global melonjak. “Ketika produksinya dikurangi karena adanya perang, maka harga minyak mentah global akan meningkat,” ujarnya.
Kenaikan harga minyak mentah dunia telah terlihat seiring dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Harga Brent mencapai 88,90 dolar AS per barel,naik hampir 4 persen,sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) melonjak ke 85,60 dolar AS per barel. Kenaikan ini menjadi yang tertinggi dalam enam pekan terakhir. Huda menjelaskan bahwa kenaikan harga minyak akan membuat impor minyak bumi menjadi lebih mahal, terutama bagi negara net importir seperti Indonesia. Kenaikan ini, menurutnya, sudah mulai terasa dalam beberapa hari terakhir setelah serangan Israel ke Iran.
Lebih lanjut, Huda menyampaikan bahwa kenaikan harga minyak akan berpengaruh pada harga produksi bahan bakar minyak dalam negeri. Ia menambahkan, “Ketika tidak ada kenaikan harga, maka subsidi akan semakin meningkat. Dana di APBN akan semakin terkuras. Fiskal Indonesia akan semakin menurun.”
Inflasi global diperkirakan akan menyertai kenaikan harga minyak global. Huda memperingatkan bahwa inflasi yang tinggi dapat memicu resesi ekonomi global, yang saat ini sudah diprediksi akan semakin menurun. Hal ini akan berdampak pada perdagangan global yang semakin terbatas dan penurunan permintaan produk antar negara, termasuk Indonesia.
“Terlebih bagi industri-industri yang masih bergantung pada bahan baku atau bahan penolong impor,” kata Huda, menyoroti potensi kenaikan biaya impor akibat harga minyak yang naik dan risiko pelayaran yang meningkat.Sektor distribusi dan manufaktur juga diperkirakan akan terpengaruh.
Namun, Huda juga mencatat bahwa Indonesia biasanya diuntungkan dengan kenaikan harga komoditas minyak global karena ekspor komoditas indonesia akan semakin mahal. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa kompensasi keuntungan ini biasanya tidak sebanding dengan pembengkakan subsidi BBM yang dikeluarkan oleh pemerintah. “Maka pemerintah harus jeli betul melihat peluang dan dampak dari perang iran-Israel,” pungkasnya.